Saturday, August 15, 2015

Dokumen Bersejarah saat saya lahir




Suasana Idul Fitri semenjak Ayahanda tiada memang selalu terasa ada yang kurang, namun tetap meriah karena kami semua ingin agar Ibunda tak merasa kesepian. Saat-saat kebersamaan seperti inilah terkadang ada beberapa kejutan yang tak diduga yang dimunculkan oleh ibunda, biasanya beliau bercerita hal-hal yang terjadi saat kami kecil dahulu, baik peristiwa yang kami ingat maupun peristiwa yang tidak kami ingat saat kecilnya kami dahulu. Ada cerita yang  membuat kami terbahak-bahak jika peristiwanya lucu dan aneh. Ada juga cerita yang mengharukan sehingga membuat kami memeluk Ibu dengan penuh haru.

Ibunda pernah bercerita saat-saat menjelang kelahiran saya 48 tahun yang lalu, yaitu saat Kakek saya Dahlan Siswomintarjo Almarhum pada pagi hari sebelum saya lahir  bercerita sebagai berikut :
Kakek :”Mau mbengi aku ngimpi oleh Jago gagah nemen, wulune abang, ireng  karo kuning. Iki mesti arep lahir putuku lanang sing sesuk arep dadi pemimpin”.
Ibu :”Aamiinn”
Orangtua saya sendiri juga berharap mendapatkan bayi laki-laki, karena kedua kakak saya sebelumnya adalah perempuan.

Ketika itu memang belum dikenal istilah USG untuk memperkirakan jenis kelamin bayi, sehingga setiap orangtua hanya bisa pasrah saja dengan karunia Allah berupa kelahiran, mau dapat anak laki-laki atau anak perempuan tak masalah.

Pasca Idul Fitri 1436 H, ditengah kesibukan menyiapkan prosesi pernikahan anak kedua saya M. Ghozy Ulhaq yang dilaksanakan di Jakarta, Ibunda juga ‘mengeluarkan’ dokumen bersejarah berusia puluhan tahun yang menyertai peristiwa kelahiran saya.

Dokumen yang berupa surat bertuliskan tangan Ayahanda tersebut sudah berwarna kecoklatan akibat telah usang dimakan usia. Pada surat yang tertera   tanggal 7 Mei 1967 secara jelas tertulis sejarah pemberian nama untuk bayi kecil yang kemudian diberi nama Arif Rahman Hakim.

Secara lengkap, saya tuliskan kembali dokumen yang telah berusia hampir setengah abad tersebut sebagai berikut :

Panorama, 7/5 ‘67
Assalaamu’alaikum wr wb

Adinda!
Saja utjapkan sjukur Alhamdulillaah kepada Tuhan J.M.E. atas kurnianja memberikan kepada kita seorang momongan lagi. Dan tepat/sesuai dengan harapan kita jaitu seorang anak laki2.  Djuga saja utjapkan selamat kepadamu adinda jang telah melahirkan anak laki2 dg selamat tak ada halangan suatu apa, Alhamdulillaah

Telah lama saja pikir2, akan diberi mana siapakah anak kita itu kalau laki2. Setelah menimbang2 lama, maka sampailah pada ketetapan hati untuk memberikan nama kepada anak kita :

ARIF RAHMAN HAKIM

Sesuai dgn nama pahlawan ampera jg telah gugur di Djakarta pertama kali. Semoga kelak mempunjai sifat2 kepahlawanan seperti almarhum. Amin!

Tgl 5/7  ‘67 pagi saja bersama2 teman2 berangkat ke daerah Subang untuk mengadakan latihan perang2an. Semoga selamat.
Hari Kamis 11/5 -67 kembali. Setelah selesai latihan segera saja akan pulang kemari.
Adapun mengenai biaja bersalin saja usahakan semaximal2nya dan insyaAllah pasti berhasil.

Pelantikan kira2 tgl 17/5 atau mungkin tgl 22/5 -67 . Sesudah itu ada kursus aplikasi di Bandung lagi, lamanja tidak 3 bulan, tapi mungkin hanya 3 minggu.
Dimanakah adinda bersalin? Memanggil bidan atau dirumah sakit? Bagaimana Inung dan Antjis?
Salam katur Ajah – Ibu

Wassalaam
Kanda
Machasin

  

Wah…. Ternyata sikap Ayah kepada Ibu saya romantis sekali ya, terlihat pada suratnya yang luarbiasa di atas.

Dari surat tersebut juga saya baru melihat dokumen sejarah penamaan saya. Dulu Ayah memang pernah bercerita soal sejarah pemberian nama buat saya, namun saya tidak menyangka bisa menemukan bukti dokumen otentiknya.



Jakarta, 16 Agustus 2015

Friday, August 14, 2015

Anakku Kecanduan Main Game 2




Memiliki anak banyak ternyata membutuhkan seni tersendiri untuk mengelola dan mengarahkan mereka, karena setiap anak memiliki karakter dan ciri khas yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Namun diantara perbedaan-perbedaan yang ada, mereka juga memiliki beberapa hal yang sama. Misalnya hampir semua anak senang main Game, baik game computer, game online, gamebox maupun berbagai game yang tersedia di area Game Center di pusat-pusat perbelanjaan, terlebih khusus anak laki-laki, dari game yang ringan hingga game yang berat. Dari game yang sederhana hingga game yang rumit tak mudah dipahami. Ada ribuan program game yang tersedia diluar sana, baik yang gratis maupun yang harus mengeluarkan dana jutaan untuk membelinya.

Sebetulnya, persoalan anak main game bukanlah persoalan serius, hampir setiap anak melakukannya, bahkan banyak orang dewasa yang masih gemar bermain game diperangkat gadgetnya, baik di personal computer, laptop, Tablet bahkan smartphonenya. Ada beberapa sisi positif bermain Game bila waktu bermain dan jenis permainannya dikelola dengan baik, antara lain dapat mengukur kecepatan terhadap refleks, perhitungan dan strategi, menambah kegembiraan, bahkan ada juga game-game yang mengasah otak dan kecerdasan saat bermainnya.

Namun sebaliknya, tak terhitung banyaknya jenis permainan Game yang sangat merusak, membuat anak sangat kecanduan, membuat mereka enggan bergerak secara fisik, membuat mereka enggan bersosialisasi dengan orang lain atau a-sosial,  menanamkan ideology berbahaya semacam LGBT dialam bawah sadar mereka, mengandung unsur pornografi dari ringan hingga berat, mengajarkan kekerasan fisik dan seksual, dll.

Keseringan bermain game akan membuat kaburnya batasan antara kehidupan nyata dan kehidupan maya dalam dunia game.
Ada banyak fakta kekerasan yang dilakukan oleh seorang anak kepada teman-temannya yang ternyata dipicu dari kebiasaannya bermain game yang menonjolkan sisi kekerasan dan perbuatan sadis.

Anak-anak yang sedari kecil terbiasa bermain game pertarungan yang sadis dan penuh kekerasan, dalam kasus tertentu akan menganggap bahwa aksinya memukul teman-temannya adalah aksi yang ‘heroik’, bahkan ketika teman yang dipukul mengeluarkan darah, dia bisa semakin senang.

Dia juga tak bisa memahami bahwa jika dipukul itu menyakitkan, karena saat dia bermain game dan dipukul oleh musuhnya, dia tidak merasakan sakit. Dan dia juga menganggap bahwa jika ‘mati’ alias ‘game over’ nanti bisa hidup lagi dengan mudah.

Suatu saat, anak kami yang lain lagi ada yang kami lihat memiliki tanda-tanda keranjingan Game dan mulai melalaikan tugas-tugasnya. Hanya saja tipologi anak ini berbeda dengan saudaranya yang terdahulu. dan kecanduan game-nya belum separah saudaranya yang terdahulu.
Peristiwa ini terjadi saat anak tersebut berada di SMA kelas XI.
Berkali-kali kami sudah memberi nasehat pada anak kami betapa kesukaannya terhadap main Game yang berlebihan tersebut tidak baik untuknya, dan nanti akan berdampak kepada prestasi akademiknya yang akan menurun, namun semua nasehat itu hanya masuk telinga kiri dan keluar ditelinga kanan saja tampaknya.
Saking jengkelnya, ketika anak tersebut pergi sekolah, semua game yang ada di personal computer yang biasa mereka gunakan, saya hapus dan uninstall semua. Kebetulan saya agak paham bagaimana proses install dan uninstall program di Komputer.
Tapi besoknya sudah di install kembali oleh mereka…..
Mereka terkadang menginstall game yang rumit, jadi ada beberapa permainan Game yang instalasinya rumit sekali, sehingga saya juga tidak tahu bagaimana menghapus program permainan tersebut dari komputer…. Anak-anak jauh lebih pandai dari orangtuanya jika terkait dengan teknologi terkini.
Untuk menghadapi situasi kalah pinter dibidang teknologi ini, maka saat saya menghapus program tersebut, saya meminta anak saya yang lain untuk mengajari cara menghapusnya…. Dan sukses terhapus….
Namun besoknya sudah di install kembali oleh mereka….. he he he

Rupanya apapun yang kita lakukan, jika kesadaran tidak muncul dari hati mereka, maka enggak sembuh-sembuh juga…

Akhirnya kami mengajak mereka untuk berbicara dari hati ke hati, tidak cuma anak yang sedang kecanduan game tersebut, tetapi kami mengajak beberapa anak sekaligus yang memang menyukai bermain game.
Sebelum bertemu mereka, saya kumpulkan dulu beberapa klipping majalah tentang GAME, majalah yang berisi berbagai ragam informasi tentang dunia Game. Ada review game terbaru, tips dan trik memenangkan sebuah permainan, berita seputar game, pengumuman lomba game, dll 

Saya memulai diskusi tentang permainan Game, dunia yang mereka sukai, dan saya katakan bahwa saya juga menyukai game seperti mereka juga. Ini saya maksudkan untuk membuka dan mendekatkan mereka pada jalan berpikir saya.

Lalu tahap berikutnya, saya bertanya cita-cita mereka masing-masing.
Setelah mereka menyebutkan cita-cita mereka masing-masing, maka saya mulai bertanya, apakah kalian sungguh-sungguh dengan cita-cita yang ingin diraih tersebut? Dan kira-kira, apa yang akan kalian lakukan untuk meraih cita-cita tersebut? Masing-masing dari mereka terdiam berpikir….

Lalu saya keluarkan berbagai klipping majalah Game dan bertanya pada mereka :
Saya :”Kalian tahu ini majalah apa?”
Mereka :”Majalah Game bi…”
Saya :”Siapa yang menulis berbagai artikel disitu?”
Mereka :”para wartawan dan kontributor bi …”
Saya :”Selain kemampuan menulis yang bagus, Apa syarat-syarat menjadi wartawan dan kontributor majalah Gamer?”
Mereka :”pandai main game bi…”
Saya :”berarti mereka pemain game professional?”
Mereka :”Betul bi…. Mereka harus pinter banget main game, sehingga menuliskan tips dan trik serta berbagai hal tentang game tersebut…bahkan ada juga yang pinter bikin program game”
Saya :”Penghasilannya besar nggak kalau jadi pemain game professional?”
Mereka :”Wah… besar bi itu duitnya…”
Saya :”… Nah, kalian semua khan senang dan pintar bermain Game,  adakah diantara kalian yang bercita-cita menjadi pemain game profesional?”
Mereka :”tidak bi….”
Saya :”Kenapa tidak ada yang mau jadi Pemain Game Profesional?”
Mereka terdiam…..
Saya :”Khan enak jadi Pemain Game Profesional…. Main Game tapi dibayar mahal sama orang…., setiap hari main Gameeee terus, dan dapat uang banyak dari main game tersebut”
Mereka tetap diam.
Saya :”… jadi nggak ada dari kalian yang mau jadi pemain game professional ya…?”
Mereka :”enggak bi… main game kalau terus-terusan sebetulnya capek bi…”
Saya :”Jadi kalian akan tetap dengan cita-cita yang sudah kalian sebutkan tadi?”
Mereka :”Iya bi….”
Saya:”kalau begitu, abi ingin kalian mengatur waktu kalian sendiri untuk meraih cita-cita yang kalian sebutkan tadi, lalu jadikan permainan game sebuah kegiatan yang bersifat ‘fun’, sekedar untuk melepas kejenuhan belajar kalian…. Bagaimana?”
Mereka :”baik bi…terimakasih sudah membuka pikiran kami”
Saya:”Abi juga terimakasih, kalian sudah mau mendengarkan dan berdialog dengan abi…”

Alhamdulillaah….
Setelah percakapan tersebut, mereka bisa mengatur waktu mereka sendiri untuk belajar, membantu orangtua dan bermain. Baik bermain bersama rekan-rekan mereka di Rohis, Pramuka, Naik Gunung, Liqo dan juga bermain game tentunya….

Dan diakhir semester, saya menemukan mereka bangga dengan prestasi akademik yang mereka peroleh dari hasil mereka berdoa dan berusaha….

7 tahun kemudian, saat mereka telah dewasa sepenuhnya, ternyata mereka masih tetap main Game di laptop mereka, bahkan ada yang membeli Laptop dengan kualifikasi khusus Gamer untuk memuaskan kegemarannya bermain game.  Lalu mereka bercerita pada saya bahwa ada kompetisi game DOTA (yang biasa mereka mainkan, tapi saya tak tahu itu game apa dan bagaiamana cara mainnya) yang diadakan secara internasional dengan hadiah bagi juara pertama adalah USD 16 JUTA yang bila di kurs dengan 1 USD = Rp 13500 maka senilai lebih dari Rp 21 Milyar. Welah…. Main game kok hadiahnya gede banget……

Tak masalah bila mereka tetap bermain game diwaktu-waktu senggang mereka, asalkan mereka tetap bersegera mendirikan shalat, tetap berdakwah sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, tetap berusaha menghafalkan AL Quran  dan tetap bertanggungjawab kepada keluarga mereka,
Satu hal yang saya ingatkan pada mereka, bahwa generasi mereka akan lebih sulit mendidik anak-anak mereka karena godaan gadget makin berat.  Lalu generasi sesudah mereka akan lebih sulit lagi mendidik cucu-cucu mereka, karena godaan gadget yang lebih dahsyat lagi.

Semoga Allah swt selalu membimbing mereka.

“Ya Allah, jadikanlah aku dan anak keturunanku orang-orang yang mendirikan sholat,  Ya Allah, Engkaulah yang Maha Mengabulkan Permintaan”
Aamiin

Beberapa hikmah :
1.     Diskusi dan mengantarkan mereka menemukan kesadaran mereka sendiri mungkin lebih efektif daripada marah-marah dan menasehati mereka panjang lebar.
2.     Ketika kita tidak bisa mendapatkan semuanya, maka jangan tinggalkan semuanya.

3.     Selalu mendoakan anak-anak agar mereka selalu dalam kebaikan dan hidayah Allah swt.

Sunday, August 9, 2015

Persilangan Jambu Biji Merah dan Jambu Biji Putih


Setiap rumah di desa biasanya memiliki halaman, baik halaman depan, halaman belakang maupun halaman samping bahkan ada juga yang punya kebun.
Demikian juga rumah Mewah kami, Rumah indah yang MEpet saWAH itu....

Alhamdulillaah hari ini 2 pohon jambu biji di belakang rumah kami berbuah cukup banyak.
Ada jambu biji Merah dan jambu biji yang Putih
Masing masing punya keistimewaan sendiri

Yg Merah, rasa dagingnya yang tebal, enak dan manis, tekstur agak kasar. namun rasa isi yg ada bijinya agak hambar. Bila kami membuat juice Jambu Merah ini, maka kami harus menyaring hasil blender lebih lama karena sulit disaring.

Yang putih, rasa dagingnya yg bertekstur lembut manis segar namun tdk terlalu tebal, biji tidak banyak dan manis. Bila kami membuat juice Jambu Putih, proses menyaring agar bijinya terpisah jauh lebih mudah karena lembut teksturnya.

Karena memakan buah jambu biji yang berbeda speciesnya langsung bergantian, maka kami merasakan betul perbedaan keduanya tadi.
  
Lalu Terjadilah diskusi, sbb:
“Wah, kalau bisa disilangkan asyik sekali yaa... kedua kelebihan dari jambu tersebut bisa gabungkan” kata anak saya.
“Bi, bagaimana menyilangkannya? Apakah sulit?” tanya dia
“Menyilangkan tentu sulit, harus pakai ilmu genetika dan dikerjakan di laboratorium khusus” jawab saya.
Dia berpikir sebentar....mungkin membayangkan rumitnya proses persilangan pohon jambu.
“Ada nggak cara menyilangkan ya mudah? ” tanya dia kembali.
Saya juga berpikir sebentar, lalu menjawab nggak serius: “silang aja pakai spidol”
Dan...
.
.
.
Ini hasilnya saya foto.

kumpulan kisah motivasi,motivasi inspirasi,kisah menginspirasi,renungan kisah inspiratif,kisah sukses inspiratif,cerpen motivasi kerja,kisah inspiratif kehidupan,kisah inspirasi kehidupan,kisah kisah inspiratif bersyukur 3,motivasi cerita,video inspirasi hidup,cerita inspiratif motivasi,tulisan inspiratif,kisah inspirasi sukses,kumpulan cerita motivasi kerja,cerita inspirasi sukses,cerita inspirasi singkat

Saturday, August 8, 2015

Dasyatnya Efek Puasa Seorang Ibu Hamil


Terimakasih kepada Bu Ida Nurlaila yang berkenan menuliskan apa yang kami ceritakan di forum Launching Buku RKI "Ingatlah Untuk Bercermin" pada acara Book Fair di GOR UNY Yogyakarta.

Kisah nyata ini dialami seorang sahabat saya. Perempuan luar biasa dengan 8 putra-putri yang penuh kisah hikmah.
Selamat menyimak, semoga anda tercerahkan, sebagaimana saya. 

***

Kakek dan nenek itu nampak jengkel. Bergegas mereka menegur anak dan menantunya.
"Jangan kamu siksa anakmu!"
Begitu nasehat dari mereka, saat melihat cucu kesayangannya tergeletak lemas.


"Kami tidak menyuruhnya berpuasa, itu kemauannya sendiri" jelas pasangan muda itu.
Yah, putra ke 4 mereka yang baru berusia 4 tahun, terbangun saat sahur pertama.  Terheran ia melihat seluruh aggota keluarga duduk mengelilingi meja makan. 

"Mengapa semua orang makan?"
"Kita sedang makan sahur, mengikuti sunnah Rasul sebelum berpuasa"
"Aku juga mau puasa, aku mau makan sahur"


Sungguh manis, si kecil itu ikut makan sahur, makan sendiri tanpa di suap.
"Puasanya sampai kapan, Bi?"
"Kalau abi sampai adzan maghrib. Kalau kamu boleh sampai adzan dhuhur"
Ia betfikir sejenak. 
"Tidak, aku juga sampai maghrib." Katanya.

Melewati hari pertama yang panjang, sungguh menghawatirkan bagi pasangan muda itu. Putra ke 4 yang baru 4 tahun, masih teguh berpuasa. Tak mau dibujuk untuk berbuka saat adzan dhuhur berkumandang. Sekalipun ia telah tergeletak lemas.

"Aku mau puasa, aku mau masuk surga melalui pintu Arroyan!"
Kakek neneknya tak mau menyerah, gagal membujuk dengan halus, mereka menyusun strategi untuk membuat cucunya mau berbuka.
Diam-diam mereka menyiapkan makanan yang enak, kesukaan sang cucu. Lalu mendekati cucunya yang sedang berdiam diri, lantas tiba-tiba memeluk dan menyuapkan makanan.

Apa yang tetjadi?
Sang cucu menjerit dan menangis keras.
"Hu...hu....Aku mau puasa...aku kuat puasa, kenapa di suruh berbuka?"
Tangisan pilu itu melengking, sambil memuntahkan makanan yang berhasil disuapkan Neneknya. 
Semua makin terharu. 

Subhanallah.
Bagaimana bisa ada anak yang seperti itu? Apa rahasia pendidikan anak dari pasangan muda itu?

"Saat istri saya hamil, anak ke 4, ia berpuasa sekalipun sudah dekat waktu melahirkan", tutur sang suami.

"Umi benar kuat berpuasa?"
"Insya Allah, Bi. Dengan idzin Allah, Umi kuat"
Dialog mesra penuh cinta yang saling menguatkan dalam beribadah mengarungi kehidupan keluarga.

Bejihadlah mereka berdua. Di malam hari, sang ibu hamil, berusaha memenuhi kebutuhan gizi untuk putra dalam rahimnya.
Hingga hari ke 17 Ramadhan,  terasalah akan melahirkan. Saat di rumah sakit, pada tenaga medis membujuk sang ibu untuk berbuka.

"Ibu makan minum ya, biar kuat saat mengejan."
"Tidak, saya akan tetap berpuasa sampai melahirkan....Insya Allah saya kuat."

Pada kenyataannya, proses kelahiran berlangsung lancar, bahkan tanpa jahitan. 
Memasuki masa nifas, barulah ibu muda itu berbuka puasa dengan penuh kesyukuran.

Episode itu, rupanya tarbiyah dari Allah pada putra mereka. Hingga sejak usia 4 tahun, ia meminta berpuasa sehari penuh. Tanpa latihan. Bahkan sebulan penuh.
Seterusnya ia puasa Senin-Kamis, bahkan memasuki usia SMP, ia mulai berpuasa Daud. Hingga kini saat menempuh kuliah di salah satu kampus ternama. Puasa Daud menjadikan ia sangat hemat, dan hanya bersedia menerima sedikit kiriman uang dari orang tuanya.

"Rp.350.000 sudah cukup, Mi."
Begitu cara ia menolak tambahan kiriman bulanan.

Ayah bunda, keajaiban dan keunikan pengaruh puasa ini, mungkin saja terjadi pada anda. Mungkin juga karunia spesial dari Allah untuk keluarga penuh berkah ini.

Tiap ibu hamil memiliki kondisinya masing-masing. Ada yang sehat, kuat dan diijinkan puasa. Mungkin juga ada yang berat dan udzur untuk berpuasa. Memang Allah tak ingin memberatkan hambanya. Anda yang tengah hamil dan ingin tetap berpuasa, dapat berkonsultasi dengan orang yang memiliki kompetensi.

Namun pasangan muda ini, memilih menyiapkan diri mereka untuk tetap menjalani ibadah Ramadhan dengan sepenuh kesungguhan . Mereka yakin, Ramadhan adalah sarana tarbiyah dari Allah, untuk keluarga mereka, termasuk putra yang masih dalam rahim.

Hingga sepanjang membesarkan 8 anak, ibu hebat ini selalu berpuasa, bahkan saat masa menyusui. Kecuali jika haid dan nifas, tentu saja.

Siapakah mereka?
Penasaran, ya?

Mereka adalah pasangan Ibu Nunung Bintari dan Ust. Arif Rahman Hakim. Semoga Allah jaga mereka dalam istiqomah dan Allah limpahkan banyak keberkahan dalam kehidupan mereka yang sederhana. Agar bisa menjadi teladan kehidupan bagi sesiapa saja. 
Amiin.

sumber : Tulisan Ibu Ida Nurlaila


kumpulan kisah motivasi,motivasi inspirasi,kisah menginspirasi,renungan kisah inspiratif,kisah sukses inspiratif,cerpen motivasi kerja,kisah inspiratif kehidupan,kisah inspirasi kehidupan,kisah kisah inspiratif bersyukur 3,motivasi cerita,video inspirasi hidup,cerita inspiratif motivasi,tulisan inspiratif,kisah inspirasi sukses,kumpulan cerita motivasi kerja,cerita inspirasi sukses,cerita inspirasi singkat

Komunikasi dalam Rumah Tangga


Berita Dari Rumah

“Rrrr…. Rrrrr…. Rrrr….”
Telephone genggamku bergetar lembut pertanda ada panggilan masuk…. Kulihat sekilas… dari rumah di Bantul…. Tak biasanya dari rumah telpon jam segini….
Saat itu sekitar jam 14 siang, aku sedang mengikuti rapat disalah satu kementrian di Jakarta, pasti ada yang cukup penting…
Sambil bergeser keluar ruangan rapat, ku angkat telephon…ternyata dari istriku tercinta…
Umi : “Assalaamu’alaikum bi…”
Abi : “Alaikumussalaam… ada apa sayangku?...” (terdengar suara isak tangis dibelakang suara istriku…)
Umi : “ini bi, Himmah mau minta izin untuk berbuka puasa…. Hari ini hari kedua puasa sehari penuh…. Tadi udah umi bujuk-bujuk untuk diteruskan, tapi Himmah nggak mau, sekarang Himmah mau bicara sama Abi mau minta izin buka puasa….”
Sekedar info, Himmah adalah anakku nomer 8 yang saat itu berusia 5 tahun dan sedang belajar puasa sehari penuh di bulan Ramadhan….
Kami memang terbiasa mengajarkan anak berpuasa penuh sejak mereka masih berusia 5 tahun, bahkan anakku Muhammad Asad belajar puasa sehari penuh sejak berusia 4 tahun….
Telephone pindah ke Himmah…
Himmah : “hu hu hu…..” (suara tangisnya sudah terdengar terlebih dahulu…)
Abi : “Assalaamu’alaikum Himmah sayangku…..”
Himmah : “Hu hu…wa alaikum salaam….hu hu … Abi….”
Abi : “iya sayangku…. Ada apa? Kenapa menangis?”
Himmah : “ abi…aku minta izin buka puasa ya….” (sambil sesenggukan…)
Abi : “Oooh… Himmah lapar ya?”
Himmah :”iyaa…”
Abi :”Wah…tadi sahurnya cuma makan sedikit trus banyak main ya nak?”… (tanyaku untuk mengulur waktu mengambil keputusan…..)
Himmah :”iya bi…” masih sesenggukan….
Abi :”Himmah hebat ya, bisa puasa sampai jam 2 siang…..” kalau temen2nya Himmah pasti sudah pada buka puasa pas bedug ya…” (ku puji kehebatannya)
Himmah :” Iya bi…. Temen2 ku ada yang nggak puasa juga…. Trus pada makan di sekolah”…. (Masih ada sedikit tangis dalam nada suaranya)
Abi :”Wah…kalau gitu Himmah hebat sekali….”
….”Himmah sekarang lapar sekali ya?” (tanyaku retoris)…
Himmah :”iya….” (suaranya memelas…)
Abi:” Himmah sudah pernah diceritain Ummi bahwa ada pintu syurga untuk ahli puasa yang namanya pintu Ar Royyan?”
Himmah :”sudah bi…”
Abi :”wah… pasti senang sekali ya kalau bisa masuk syurga lewat pintu Ar Rayyan itu….” (bujukku)
Himmah :” iya bi….tapi aku lapar sekali…” lanjutnya.
Abi:”Iya ya…. Jam segini pasti sudah lapar sekali ya…”(aku mencoba memahami rasa laparnya).
“Kira-kira kalau sampai maghrib nanti, Himmah anak abi yang cantik dan hebat ini nggak usah main-main dulu, bisa kuat nggak nahan laparnya…? “
Himmah :”…… (diam sebentar)… bisa bi…”
Abi:” Alhamdulillah….anak abi yang cantik memang hebat…. Abi doakan semoga Himmah nanti bisa bersama-sama para ahli puasa masuk syurga melalui pintu Ar Rayyan ya… Aamiin… sekarang Heponya kasih ummi lagi ya…”
Ummi :”bagaimana bi?”
Abi :” Alhamdulillaah, sudah beres, insyaAllah diteruskan sampai magrib puasanya”

Peristiwa di atas dengan berbagai macam variasinya pasti dialami oleh setiap keluarga muslim yang sedang melatih anak-anak mereka berpuasa sehari penuh. Ada yang melatih anak-anak mereka berpuasa sehari penuh saat usia SD kelas 4, kelas 5 atau bahkan usia SMP, namun kami sekeluarga melatih mereka saat mereka masih dibangku TK. Diawali dengan berbagai macam penguatan mental dan semangat berpuasa terlebih dahulu, kemudian dilatih puasa setengah hari di awal-awal Ramadhan, atau berselang seling hingga akhir Ramadhan sudah kuat berpuasa sehari penuh….

Perlunya Komunikasi
Ada hal penting yang kadang diabaikan oleh para orangtua saat mendidik anak-anak mereka untuk melakukan suatu kebaikan atau ibadah, yaitu Menjalin Komunikasi dengan anak.
Seringkali orangtua hanya berbicara satu arah tanpa mau tahu keinginan anak, sehingga kalaupun anak patuh saat itu pada orangtua, lebih karena takut dimarahi daripada karena paham mengapa harus melakukan hal itu….
Komunikasi yang baik akan menghasilkan empati antara kedua pihak, sehingga saling menghargai dan menghormati kondisi kedua pihak yang berkomunikasi.

Menghargai Usaha Anak
Dalam kasus mengajarkan puasa, anak akan merasa dihargai saat orangtua juga merasakan “penderitaan” si anak yang kelaparan…. Bukan mengejek atau men-judge si anak tidak tabah atau tidak kuat rekoso….

Hargai juga saat anak berhasil melampaui masa-masa kritis ibadahnya, sehingga menjadi besar hatinya.

Dalam kasus diatas ada hal unik, dimana sang Ibu meminta izin dahulu kepada sang Ayah saat sang anak mau membatalkan puasanya, komunikasi antar Ayah dan Ibu ini penting, agar jangan sampai ada diantara kedua pihak antara ayah ataupun ibi yang tidak tahu perkembangan pendidikan anak mereka, khususnya pada hal-hal yang sudah disepakati cara penerapannya.
Komunikasi antara sang Ibu sebagai pelaksana tugas pendidikan anak dengan sang Ayah sebagai pembuat system kurikulum pendidikannya….

Semoga manfaat

*ditulis dalam rangka pembuatan buku RKI Jogja



kisah kisah motivasi,cerita inspirasi cinta,cerita motivasi inspirasi,cerita motivasi terbaru,cerpen inspirasi,kumpulan kisah,kisah motivasi kerja,kisah nyata inspirasi,cerita menginspirasi,kisah inspirasi cinta,inspirasi motivasi,cerita inspiratif kehidupan,artikel inspiratif,cerita motivasi anak,artikel inspirasi,cerita inspirasi motivasi

Anakku Kecanduan Main Game 1

sumber : google

Anak Bapak Tidak Ada...
Suatu malam, di awal tahun 2004, kami sekeluarga meluangkan waktu untuk menengok anak laki-laki kami yang duduk di SMP kelas IX dan tinggal di asrama sebuah sekolah swasta yang cukup ternama. Sudah sebulan kami sekeluarga tidak bertemu dengannya. Dengan membawa sedikit oleh-oleh makanan kesukaan anak kami, sekitar jam 8 malam kami memasuki kompleks sekolah berasrama tersebut untuk mencari anak kami.

Segera kami menghadap kepada ustadz piket untuk meminta izin bertemu dengan anak kami.
“Assalaamu’alaikum wr wb, Ustadz, kami mohon izin untuk bertemu anak kami sebentar”, ucap kami kepada ustadz piket saat itu.
“Wa’alaikumussalaam. Baik pak, mohon tunggu sebentar akan kami panggilkan”, jawab ustadz piket.
Ustadz piketpun segera berlalu untuk memanggilkan anak kami.
Waktu berlalu beberapa lama, namun sang ustadz belum juga kembali membawa anak kami….
Setelah menunggu cukup lama, barulah sang ustadz muncul kembali dari arah yang berbeda dengan saat perginya, namun tanpa disertai anak kami.
“Maaf bapak dan ibu, anak bapak/ibu tidak ada di kamarnya dan juga tidak ada dilingkungan sekolah…. Ini sedang dicari juga oleh teman-temannya”, kata Ustadz tersebut.
Saya terkejut…..
‘Bagaimana mungkin anak kami tidak ada di sekolahnya dan ustadznya juga tidak tahu dia dimana? Apa yang terjadi?’ pikir saya.
Setelah ditunggu sekian lama anak kami belum juga ketemu, maka kamipun mohon izin untuk pulang dengan hati gelisah.
“Ustadz, kami mohon pamit saja, kami mohon waktu besok kembali ke sekolah untuk membicarakan masalah ini”, ujar kami

Ternyata Main Game
Keesokan harinya saya datang kembali ke sekolah untuk membicarakan masalah ‘hilangnya’ anak kami dari asrama.
Ternyata anak kami semalam bersama dengan beberapa rekannya menyelinap dari asrama dan bermain game online disalah satu game center yang tidak jauh dari sekolahnya.

Sedih? Tentu…
Segera kami panggil anak kami dan kami nasehati panjang lebar…. Bla bla bla…
Anak kami itupun diam tertunduk dan berjanji tidak akan mengulang kembali.
Selesai? Belum….

Dia Tidak Pulang
Beberapa bulan kemudian, setelah usai kelulusan SMP dan memasuki waktu libur cukup panjang menunggu masuk SMA, untuk mengisi waktu liburan, suatu pagi anak kami yang sama minta izin untuk berkunjung dan menginap ketempat sahabatnya di daerah seputaran Kota Gede, tentu saja kami izinkan.
Hingga malam, anak kami belum pulang…. Bagi kami tak masalah, karena kami tahu, bila sudah bersama sahabatnya sejak kecil tersebut, mereka sering menginap bergantian dirumah teman-teman mereka.
Namun kami punya kebiasaan menanyakan kabar anak-anak ketika mereka menginap kepada orangtua sahabat mereka yang juga kami kenal.

“Assalaamu’alaikum tadz, bagaimana khabarnya?”, sapa saya
“Alaikumussalam wr wb, baik pak”, jawab beliau
“Anak saya masih ada disitu tadz?”, tanya saya
“wah…nggak tahu ya, ane baru pulang juga nih, coba ane panggil anak ane”, jawab beliau
setelah anaknya dipanggil dan telepon pindah tangan,
“mas, anak saya masih disitu?”, tanya saya
“sudah pulang kemaren sore kok pak, nggak jadi menginap”, jawab sahabat anak saya,”memangnya belum pulang?”, lanjutnya.
“belum mas, kemaren apakah ada pesan dia mau pergi kemana?, tanya saya kembali
“nggak ada pesan pak”, jawabnya.
“Oh…gitu, ya sudah mas, terimakasih ya…”, saya sudahi percakapan tersebut.

Saya bingung, kemana anak saya? Apakah main kerumah temannya yang lain? Ataukah ada kondisi darurat yang terjadi sehingga anak saya tidak bisa memberi kabar kerumah? Bila ada kondisi darurat, pasti dari Rumah Sakit atau Kepolisian akan ada yang datang kerumah memberitahu, demikian dialog dalam diri saya.

Ketika hingga malam datang anak tersebut belum juga pulang, saya makin khawatir atas keberadaan anak saya. maka saya ajak bicara dari hati ke hati, anak saya yang lain yang selama ini memang dekat dengannya dan usianya juga tidak terpaut jauh dengan anak saya yang belum pulang tersebut.

“Mas, ini saudaramu belum pulang sejak 2 (dua) hari yang lalu, kira-kira kemana ya, apakah dia pernah cerita-cerita sesuatu hal yang bisa diperkirakan keberadaannya dimana? menurut pendapatmu bagaimana?”, demikian saya memulai obrolan saya.

Hasil diskusi memutuskan besok akan ditelusuri beberapa tempat favorit yang disukai oleh anak saya, siapa tahu, di salah satu tempat, dia juga berada disana.

Anakku Pulang
Selepas waktu ashar, anak-anak kami pulang kerumah…. Alhamdulillah…

Setelah mereka makan dan beristirahat sebentar, mulailah saya bertanya apa yang terjadi kepada mereka berdua.

Berceritalah anak saya yang bertugas mencari, bahwa dia menemukan saudaranya itu di lokasi Game Center yang terletak disekitar Monumen Jogja Kembali, 30 km dari rumah kami.
Lalu terjadilah dialog antara saya dengan anak saya yang 2 (dua) malam tak pulang itu :
Saya : “Jadi kamu tidur 2 malam di Game Center mas?”
Anak : “Iya bi…..”, jawabnya sambil menunduk takut
Saya : “Kamu Sholatnya bagaimana selama disana?”
Anak : “Lokasinya dekat masjid Bi, jadi setiap habis adzan aku langsung sholat berjamaah”
Dalam hati saya, saya bersyukur bahwa anak saya tetap tidak melupakan sholatnya walau keranjingan Main Game.
Saya : “Makanmu bagaimana?”
Anak : “di Game Center ada jualan makanan ringan dan bisa bikin mie instant, bi”
Saya : ”Mandinya bagaimana?”
Anak : “ nggak mandi Bi, ruangannya pakai AC, jadi nggak terasa keringetan…”
Kami terdiam sebentar, lalu saya teruskan…
Saya : “kamu tahu salahmu dimana?”
Anak : “Tahu Bi…. Aku main Game nggak inget waktu dan tanpa izin Abi dan Umi”
Saya : “Masih ingat, hukumanmu apa jika melanggar seperti ini?”
Anak :” iya Bi…”
Saya : “Bersedia kamu dihukum?”
Anak :”…Iya Bi, aku salah…” jawabnya pasrah….. 

Menghukum Anak
Sebelumnya kami memang punya kesepakatan yang kami buat bersama saat anak kami tersebut melakukan kesalahan yang sama beberapa bulan yang lalu, hanya saja pada waktu itu tidak sampai menginap, namun berjam-jam terus menerus bermain game online, yang kami anggap sudah termasuk kecanduan main Game.

Walaupun sebetulnya tak tega, akhirnya saya menghukum anak tersebut sesuai kesepakatan yang pernah kami buat, disaksikan oleh Uminya yang berurai air mata karena tak tega melihat anaknya dihukum oleh saya.

“Umi sebetulnya tak tega melihat anak yang umi kandung 9 bulan dengan penuh kasih saying dan susah payah dihukum oleh Abi, tapi Umi tahu, bahwa Abi melakukan hal yang memang harus dilakukan untuk menyembuhkan anak kita dari kebiasaan buruknya itu…”, demikian curhat istri saya setelah itu.

Alhamdulillah, pasca kejadian tersebut, anak kami jauh lebih terkendali dalam melampiaskan kesukaannya bermain Game Komputer.
Saya sendiri pada dasarnya tidak melarang anak-anak kami untuk bermain Game Komputer, asalkan tetap dalam kewajaran, tetap memperhatikan kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan, tetap membantu pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan dirumah, dsb.

Beberapa Hikmah :
1.     Anak tetap boleh menemukan kesenangannya, asalkan tetap bertanggungjawab.
2.     Bila anak bersalah, biarkan dia menyadari dimana kesalahannya sehingga dia bisa menyesali apa yang sudah dia perbuat.
3.     Tegakkan hukuman sesuai kesepakatan yang telah dibuat agar si anak tidak menganggap hukuman tersebut hanya macan ompong saja.
4.     Harus satu visi antara Ayah dan Ibu tentang cara mendidik dan menghukum anak, jangan sampai Ibu melarang Ayah menghukum anak karena berbeda cara mendidik anak.



kisah kisah,kisah inspiratif cinta,cerita motivasi kehidupan,cerita inspirasi hidup,kisah nyata inspiratif,kisah inspirasi hidup,inspirasi kehidupan,cerita cerita motivasi,kisah inspiratif motivasi,cerita inspirasi kehidupan,kisah cerita,cerpen inspiratif,kisah cinta inspiratif,cerita pendek inspiratif,inspirasi sukses,cerita kisah

Lho, kok sudah lahir….




Rabu, 5 September 1990. Siang yang terik
Secarik kertas tertempel dipintu kost kami di seputaran Gedongkuning, Yogyakata yang berisi kalimat singkat :

“Segera kerumah pakde, Nunung sudah melahirkan…”

Lho, kok sudah lahir? MasyaAllaah….. Saya sudah menjadi Ayah!!!
Syukur Alhamdulillaah, terimakasih ya Allah atas karuniaMU pada kami.

Segera kupacu sepeda motor menuju rumah Pakde Edi Suharto yang berada di seputaran Blok O Kompleks TNI AU Maguwo yang tak jauh dari kost-kostan kami untuk mencari tahu info lengkapnya. Sebagai gambaran, saat itu tidak banyak keluarga yang memiliki pesawat telepon dirumahnya, Handphone tentu saja belum ada, oleh karena itu, bila ada berita-berita penting, maka berita akan disampaikan melalui keluarga yang memiliki akses jaringan telepon, baik telepon di rumah maupun di kantor, lalu disampaikan secara lisan atau tertulis kepada tujuan berita.
Nah, kakak sepupu kami ada akses telepon di kantornya, sehingga berita penting dititipkan melalui dirinya.

Sesampainya dirumah pakde, saya diberitahu lebih lengkap bahwa istri saya Nunung sudah melahirkan bayi laki-laki pada hari Ahad, tanggal 20 September 1990 atau  12 Shafar 1411 H sekitar pukul 11 siang di Rumah Sakit Umum Pasar Rebo, keduanya dalam kondisi sehat, meski kelahirannya memang maju 3 (tiga) minggu dari HPL (Hari Perkiraan Lahir) dan saya diminta segera pulang kembali ke Jakarta.

Sore itu juga saya segera cari tiket bus malam untuk bertolak ke Jakarta.

Oh iya, Nunung memang melahirkan di Jakarta atas permintaan para Orangtua, sehingga saat usia kehamilan mencapai 8 bulan, saya mengantar  Nunung ke Jakarta untuk menunggu kelahiran di sana, lalu saya kembali beraktivitas di Jogja mempersiapkan agenda KKN (Kuliah Kerja Nyata)  yang dilaksanakan pada bulan November-Desember 1990.
Rencana kami, kira-kira seminggu sebelum HPL saya akan kembali ke Jakarta untuk menjadi suami SIAGA, Namun baru saja ditinggalkan beberapa hari, bayi laki-laki tersebut sudah tak sabar untuk melihat dunia.

Sesampainya di Jakarta, barulah saya mendengar cerita ‘heboh’ proses lahirnya anak pertama kami tersebut yang dapat anda baca dibawah nanti.

Begini awal mulanya.
Kisah proses lahirnya anak pertama kami dimulai sekitar 3 bulan setelah pernikahan kami, yaitu sekitar bulan Januari 1990, dimana Nunung tidak lagi mendapatkan tamu bulanannya. Waktu itu kami belum paham soal kehamilan, dan masih belajar soal kehamilan, hidup jauh dari orangtua membuat kami tidak begitu paham tahapan-tahapan kehamilan yang terjadi. Lugu banget ya….

Setelah terlambat beberapa hari dari jadwal bulanannya, barulah kami sadar bahwa Nunung hamil…!!!  Alhamdulillaah….
Kami senang sekali…..
Segera saya peluk dan saya beri ucapan selamat serta doa agar kandungannya tetap sehat dan kelak menjadi anak sholih / sholihah…..
“Barakallaah…. Selamat ya sayangku….semoga sayangku dan dede bayi didalam perut selalu sehat, serta kelak menjadi anak sholih atau sholihah…..” doa saya pada Nunung.

Ketika kami kabarkan pada orangtua kami, tanggapannya justru khawatir….
“lho…kok sudah hamil…. Mbok jangan hamil dulu….” Kata mereka.
Ya, mungkin kekhawatiran mereka atas keadaan kami anak-anak mereka yang tinggal jauh diperantauan, bagaimana jika hamil jauh dari orangtua…..
Namun bismillaah….kami syukuri karunia Allah tersebut.

Dimulailah hari-hari nan penuh keajaiban bagi kami berdua, kami belajar bagaimana menghadapi proses kehamilan hari demi hari, minggu demi minggu…
Saya teringat saat pertama kali Nunung mengalami proses ngidam, ada beberapa peristiwa menarik yang perlu saya ceritakan disini.
Saya mencatat ada 2 (dua) macam gejala ngidam yang terjadi pada kehamilan tri semester awal, yang pertama munculnya rasa mual-mual yang membuat ingin muntah saat mencium suatu bau yang menurut orang lain biasa saja, misalnya mual jika mencium bau nasi, dsb. Akibatnya, para perempuan yang tengah hamil muda dan merasakan mual-mual akan kehilangan selera makan. Dan jenis ngidam yang kedua adalah munculnya gejala menginginkan sesuatu hal untuk dimakan atau disentuh, yang konon terkadang aneh-aneh permintaannya.

Cerita Ngidam jenis pertama.
Saya teringat saat Nunung merasa mual-mual dan tak berselera makan saat hamil pertama kalinya.
“Makan yuk…” ajak saya
“Nggak mau, aku nggak pengen makan apa-apa, rasanya mual dan pengennya tiduran aja..”, jawab Nunung
“sayangku harus makan…nanti sayangku sakit”, saya berusaha membujuk
“Nggak bisa… kalau makan, nanti muntah lagi..”, jawabnya.
“Sayangku sedang ada dedek diperutnya, jadi sayangku harus makan walaupun sedikit…..kalau nanti mau muntah, ya dimuntahin aja, terus makan lagi ya… Kasihan dedeknya kalau sayangku nggak makan, nanti perkembangan janinnya terganggu…”, bujuk saya sambil berargumen.”Jangan mengajarkan kepada anak kita untuk tidak doyan makan”, imbuh saya.
Nunung terdiam berpikir…. Lalu menjawab “iya deh mau asal disuapin…”

Lalu selama beberapa hari berikutnya, yang terjadi selalu berulang, Nunung mau menelan makanan walau sedikit, lalu terasa mual dan memuntahkan semua yang baru saja dimakan….. Segera saya beri air putih hangat agar perutnya nyaman, tunggu sejenak, lalu saya suapkan lagi beberapa sendok makanan…. Tak berapa lama, dimuntahkan kembali makanan yang baru saja ditelan… saya beri air putih hangat lagi dan saya suapin makanan lagi……

Kenapa tidak minum obat pereda rasa mual saja?
Selama mual-mual, memang diberi obat anti mual oleh bidan, tapi tidak diminum oleh Nunung, karena kami khawatir jika obat tersebut mengganggu perkembangan bayi kami di dalam kandungan. Lebih baik repot sedikit dengan muntah yang berkali-kali daripada memberi obat yang beresiko kepada perkembangan janin.

Lho bukankah obat tersebut sudah direkomendasikan oleh tenaga medis berpengalaman?
Memang obat tersebut berasal dari bidan berpengalaman, namun dengan pesan bidan yang memberi batasan tertentu, membuat saya menafsirkan bahwa obat tersebut berbahaya bagi janin yang sedang tumbuh.
“Bu..yang ini obat anti mual, diminum jika mual saja ya bu…”, begitu pesan bu Bidan saat memberikan obat kepada kami.
Saya menganggap, bila suatu obat hanya boleh diminum pada kondisi tertentu, maka obat tersebut termasuk obat keras, maka saya berpendapat lebih baik tidak meminumnya jika masih bisa dicari cara yang lain.

Ngidam yang jenis kedua juga kami alami
Ketika sudah mulai ada tanda-tanda munculnya keinginan yang aneh-aneh, saya berinisiatif membuat persyaratan permintaan ngidam…..yang antara lain sebagai berikut :
-       Tidak minta yang aneh-aneh
-       Tidak minta sesuatu yang bukan musimnya
-       Jangan minta saat tengah malam
-       Harganya tidak mahal

Akibatnya, setiap akan meminta sesuatu, Nunung berpikir dulu, apakah permintaannya sesuai persyaratan atau tidak, jika tidak sesuai persyaratan, maka permintaannya dibatalkan……

Entah apakah persyaratan tadi ada pengaruhnya atau tidak kepada si janin, namun ternyata anak yang lahir kelak ternyata ngecesan….. he he he


Peristiwa lahirnya Zia Ul Haq
Pagi hari yang cerah tersebut berlangsung seperti biasa tanpa ada tanda-tanda akan adanya kelahiran.
Agenda pagi itu, sekitar jam 7.30 pagi, Bapak dan Ibu Ismangil pergi ke Ciputat untuk menengok kakak sepupu kami yang baru saja melahirkan, sehingga Nunung ditinggal sendiri di rumah bersama mbak Parni yang selama ini menjadi asisten Rumah Tangga.
Sekitar jam 9 pagi, tanpa ada rasa sakit ataupun tanda-tanda apapun tiba-tiba keluar carian hangat yang cukup banyak dari dalam kandungan Nunung….. 
“Cairan Apa ini?” bathin Nunung dengan cemas.
Setiap bergerak, maka keluar lagi cairan cukup deras…. Akhirnya Nunung tak berani banyak bergerak, hanya meminta tolong pada mbak Parni untuk memanggilkan pak RT yang tinggal hanya berjarak 2 (dua) rumah disebelah rumah kami.

Pak RT datang dengan tergopoh-gopoh, karena memang pagi tadi dititipi pesan oleh pak Ismangil untuk mengawasi jika ada hal-hal darurat yang terjadi di rumah selama Bapak dan Ibu Ismangil pergi ke Ciputat.

Atas bantuan pak RT, Nunung segera dibawa ke Rumah Sakit Umum Pasar Rebo untuk segera ditangani oleh tenaga medis, cairan yang keluar semakin banyak, setiap bergerak apalagi berjalan, maka cairan mengalir keluar dengan deras…
.
Sementara itu, pak RT juga berusaha mengabarkan kepada Bapak dan Ibu Ismangil yang sedang ke Ciputat peristiwa yang sedang terjadi.
Sebagaimana sudah saya ceritakan di atas, bahwa tahun 1990 belum ada Handphone dan telepon rumah juga sangat terbatas, maka mengabarkan peristiwa ini juga bukan hal yang mudah.

Kebetulan pada tahun 1990, seusai bertugas Militer dari Kopassus, pak Ismangil dikaryakan di BUMN Jasa Marga, yang membawahi ruas TOL JAGORAWI dengan jabatan sebagai Komandan Keamanan PAM Jagorawi.
Sehari-hari beliau bertanggung jawab atas keamanan jalan TOL tersebut, sehingga dimobil beliau dibekali perangkat Radio Komunikasi untuk memantau terus menerus kondisi lapangan.

Pak RT tak kehilangan akal, segera beliau menelpon nomor pelayanan kantor Jasa Marga yang siaga 24 jam untuk berbicara dengan Operator, lalu menyampaikan pesan pada operator agar disampaikan melalui Radio Komunikasi perihal kondisi Nunung yang masuk Rumah Sakit karena ada masalah dengan kandungannya.

Jadilah berita tersebut mengudara seantero Jakarta-Bogor-Ciawi disemua mobil patroli Jasa Marga, mengabarkan bahwa Nunung masuk rumah sakit.

“Halo pak Haji… Halo pak Haji…apakah monitor gitu ganti…”, panggil Operator.
“Siap, roger gitu ganti”, jawab Pak Ismangil yang biasa dipanggil pak Haji oleh rekan-rekannya di Jasa Marga.
“Begini pak Haji, ada khabar dari rumah, anak pak Haji yang bernama Nunung masuk Rumah Sakit Pasar Rebo akan melahirkan, gitu ganti…”, kata Operator.

Karuan saja, berita itu membuat panik bapak dan ibu Ismangil yang sedang dalam perjalanan menuju Ciputat. Ibu Ismangil yang juga mendengar sendiri dari Radio Komunikasi langsung menangis tersedu-sedu saking khawatirnya terhadap keselamatan Nunung dan bayinya.

Meskipun perjalanan menuju rumah kakak sepupu sudah hampir sampai, kunjungan dibatalkan dan arah kendaraan langsung diputar balik untuk pulang ke Cijantung dengan tujuan langsung RS Pasar Rebo.

Pada tahun 1990, bila kita dari Cijantung bepergian ke Ciputat, maka jarak yang ditempuh cukup jauh, karena belum ada JORR (Jakarta Outer Ring Road) dan waktu yang diperlukan juga cukup lama.

Bapak dan Ibu Ismangil berhasil mencapai RS Pasar Rebo beberapa waktu sebelum Nunung persalinan, dan memberi pesan penting agar tetap menjaga akhlaq dan mulut saat persalinan, betapapun sakit yang terasa saat proses persalinan terjadi. Rupanya pesan ini begitu kuat dipegang oleh Nunung, sehingga proses 7 (tujuh) persalinan anak kami berikutnya tidak ada teriakan-teriakan tak wajar yang keluar dari mulutnya, yang ada hanyalah ucapan dzikir belaka. 

Ternyata Nunung mengalami kelainan proses persalinan berupa pecahnya ketuban sebelum persalinan tanpa didahului rasa mulas-mulas yang biasa terjadi sebelum proses persalinan. Dalam bahasa jawa disebut ‘kembar banyu’.
Karena tidak ada rasa mulas dan air ketuban sudah habis, maka proses persalinan dibantu dengan suntikan pemacu rasa mulas.
Singkat cerita, lahirlah anak pertama kami, laki-laki dengan panjang 49 cm dan berat 2,9 kg.

Belakangan ibu Ismangil cerita kepada kami, betapa sepanjang perjalanan menuju RS Pasar Rebo tersebut beliau begitu khawatir dan menyesal telah meninggalkan Nunung sendirian pada hari itu, sehingga tidak bisa membersamai Nunung pada saat-saat darurat.



Aqiqahan
Jumat, 6 September 1990
Kami memberi nama anak laki-laki pertama ini Muhammad Zia Ul Haq.
Nama ini terinspirasi dari nama Presiden Pakistan yang gugur tahun 1988 saat pesawat yang ditumpangi beliau meledak di udara. Konon pesawat tersebut diledakkan oleh pihak-pihak yang tidak suka langkah-langkah yang diambil oleh beliau untuk mendukung mujahidin Afghanistan.
Disamping itu, arti nama ini juga sangat indah : Muhammad, Sinar Kebenaran. Ada harapan dan cita-cita yang kami letakkan pada pundak anak kami agar dia dapat meneladani Nabi Muhammad, pembawa Sinar Kebenaran. Semoga doa dan harapan ini bisa menjadi kenyataan. Aamiin

Ada panggilan unik yang muncul setelah anak pertama kami ini lahir, yaitu mengharuskan kami melakukan perubahan-perubahan panggilan menyesuaikan dengan adanya warga baru ditengah-tengah kami.
Sebelumnya, kami terbiasa memanggil satu sama lain dengan ‘Yang’.
Bukan….walaupun bentuk kepala saya agak aneh kalau dicukur plonthos, tapi panggilan itu bukan singkatan dari ‘Peyang’, tapi singkatan dari ‘sayangku…’

Terlebih lagi Bapak dan Ibu Ismangil tidak berkenan dipanggil Kakek/Nenek atau Eyang Kakung/Putri oleh cucu pertamanya ini, tapi minta agar tetap dipanggil Bapak/Ibu, sebagaimana panggilan kami kepada mereka berdua. Oleh karena itu muncullah istilah panggilan Abi dan Umi diantara kami, untuk membahasakan bagaimana cara anak kami memanggil orangtuanya.

Diputuskan :
Panggilan Abi dan Umi untuk memanggil orangtuanya….
Panggilan Bapak dan Ibu untuk memanggil orangtuanya Nunung…. serta panggilan Kakung dan Yangti untuk memanggil orangtua saya.


Beberapa Hikmah
Beberapa pelajaran yang kami petik dari peristiwa kelahiran pertama ini adalah :
1.     Sambut berita kehamilan dengan suka cita dan doa keberkahan, karena janin bisa merasakan kegembiraan orangtuanya menyambut kehadirannya.
2.     Pendidikan anak sudah dimulai sejak dia dalam kandungan, bukan setelah dia cukup usia pendidikan. Ibu yang memaksakan diri untuk tetap makan saat mual-mual karena ngidam akan melahirkan anak-anak yang tidak susah makan bahkan ‘doyan’ makan, bisa dibandingkan dengan ibu yang ‘menyerah’ dengan rasa mual dan memilih tidak mau makan, biasanya anak yang dilahirkan juga ‘ogah’ makan. Karena itu adalah salah satu “pelajaran” yang ditanamkan pada anak sejak didalam kandungan.
3.     Dalam persiapan kelahiran, berbagai kemungkinan harus sudah disiapkan agar tidak panik saat kelahiran.
4.     Membersamai istri secara penuh saat kehamilan sangat berarti bagi penguatan mental istri saat hamil. Perlakukan istri dengan istimewa saat hamil agar dia selalu bahagia.

5.     Nama anak adalah doa dan harapan kita padanya, jadi berikan nama yang baik pada anak-anak kita.


cerita inspirasional,cerita inspirasi anak,kumpulan kisah-kisah inspiratif,cerita2 inspiratif,cerita kisah inspirasi,kisah cerita inspiratif,kisah anak inspiratif,kisah inspirasi anak,kisah inspirator,inspirasi kisah,cerita motivasi,inspirasi,kisah motivasi,cerita motivasi kerja,inspirasi hidup,cerita motivasi hidup,cerita motivasi diri,kumpulan cerita motivasi,kisah motivasi hidup